Apa itu GRUB ?
GRUB
adalah salah satu program boot-loader yang mulai populer akhir-akhir
ini. Sebagaimana LILO, GRUB dipasang pada master boot record hardisk
atau pada sektor pertama dari partisi hardisk. GRUB mengizikan kita
untuk menempatkan intruksi spesifik yang berfungsi untuk memanggil
menu GRUB atau pada lingkungan perintah-perintah yang berguna untuk
melakukan konfigurasi boot-loader. Dengan demikian, kita bisa memilih
sistem operasi mana yang akan kita panggil, ataupun memasukan
parameter-parameter khusus pada kernel saat kita ingin boot ke sistem
operasi LINUX.
Bagaimana Cara
Kerja GRUB ?
Ketika
PC kita melakukan booting, BIOS akan melakukan pengecekan terhadap
komputer, seperti jumlah RAM, waktu dan tanggal, disk yang terpasang,
dan membaca media yang dianggap sebagai boot-media sesuai konfigurasi
pada BIOS.
Proses
pemanggilan GRUB dan sistem operasi meliputi beberapa tahapan:
1.
Memanggil Primary Boot-Loader
Primary
boot-loader berisi program dengan ukuran lebih kecil dari 512 bytes
karena diletakan pada MBR yang hanya berukuran sebesar 512 bytes,
program ini kemudian memanggil secondary boot-loader.
2.
Memanggil Secondary Boot-Loader
Seondary
boot-loader kemudian membawa kita ke menu pilihan sistem operasi apa
yang akan kita jalankan, GRUB menyediakan dua menu pilihan utama,
yaitu pilihan menu sistem operasi dan mode boot-loader command.
3.
Memanggil Sistem Operasi Pada Posisi Partisi Tertentu
Dalam
memanggil sistem operasi, GRUB mendapat intruksi tertentu untuk
memanggil sistem operasi tersebut. Intruksi ini bisa kita definisikan
melalui konfigurasi GRUB, atau kita ketikan secara manual pada mode
boot-loader command.
**Terkadang GRUB tidak mampu
membaca Secondary boot-loader karena terletak pada suatu partisi atau
file system yang tidak mampu diakses oleh GRUB. Dalam kasus ini, GRUB
harus melempar proses boot-nya ke boot-manager dari sistem operasi
yang bersangkurtan. Cara ini dikenal dengan sebutan direct loading
karena GRUB langsung memberikan
“otoritas kendali” secara penuh ke sistem operasi ini diinstal.
Sebagai contoh, jika Anda menginstall DOS/Windows bersama-sama dengan Linux, DOS/Windows secara normal akan menggantikan MBR dengan kode-kode terntentu yang berguna untuk memanggil IO.sys, MSDOS.sys, dan seterusnya. Untuk proses ini, GRUB harus melempar otoritasi booting ke sektor pertama dari partisi tempat DOS/Windows tersebut diinstall. Cara ini biasa disebut dengan chain-loading.
Apa Saja Fitur-Fitur
GRUB ?
True Command-Bassed
Disamping memiliki fitur umum seperti program-program boot-loader lain, GRUB memiliki beberapa fitur yang cukup menarik. Di antarannya, GRUB memiliki “true command-bassed”, yang memiliki fleksibilitas sangat tinggi dalam proses sebelum kita masuk ke dalam sistem operasi tertentu. Kita bisa memberikan parameter khusus ke kernel sistem operasi, kita juga bisa mengumpulkan informasi-informasi tertentu sebelum booting dimulai. Jika dibandingkan dengan LILO, GRUB memiliki mode true command-based yang lebih lengkap dan bervariasi.
GRUB Mendukung Mode Logical Block Addressing (LBA)
LBA meletakan kode konversi pada firmware yang bertujuan untuk proses
pencarian data tertentu pada disk, yang digunakan oleh hampir semua
tipe SCSI. Sebelum adanya mode LBA ini, hardisk tidak dapat membaca
data yang diletakan diatas silinder 1024. Hal ini menyebabkan BIOS
tidak bisa membaca data yang diletakan diatas silinder tersebut,
sepeti boot-loader ataupun kernel sistem operasi. Dukungan LBA dari
GRUB memungkinkan kita meletakan kernel ataupun boot-loader lain yang
berada pada posisi diatas silinder 1024 (dengan catatan, BIOS
mendukung mode LBA).
Konfigurasi GRUB selalu dibaca dari disk setiap kali proses booting
dilakukan. Hal ini untuk mencegah terjadinnya penulisan pada MBR saat
memanggil sistem operasi dengan pilihan tertentu.
Kebanyakan boot-loader tidak “cukup cerdik” untuk bisa membaca
file konfigurasi saat proses booting berlangsung, seperti pada LILO.
Setelah kita melakukan setting konfigurasi lilo.conf kita harus
mengetikan perintah yang harus mngganti MBR dengan kode baru sesuai
dengan konfigurasi yang kita buat. Tentu ini mempunyaui resiko yang
cukup besar, jika Anda salah dalam melakukan konfigurasikan,
akibatnya sistem Anda tidak dapat melakukan booting-up sama sekali.
Jika Anda menggunakan GRUB, Anda tidak perlu khawatir hal ini akan
terjadi karena kesalahan konfigurasi akan memawa Anda pada mode
command, dan Anda dapat memanggil kernel sistem operasi secara
manual.
GRUB dapat membaca partisi ext2
Fungsi ini memungkinkan GRUB untuk mengakses file konfigurasi, /boot/grub/grub.conf, setiap kali proses booting dilakukan. Seperti yang dijelaskan di postingan sebelumnya bahwa hanya ext3 dan format filesystem terbaru yang hanya memiliki journal system. Meskipun begitu, Anda tidak perlu khawatir tentang penggunaan ext2 yang tanpa journal untuk /boot sistem Anda. karena, Anda tidak mungkin untuk memiliki operasi tertulis yang luar biasa terjadi di /boot filesystem selama komputer mati kecuali Anda upgrade kernel.
GRUB dapat membaca partisi ext2
Fungsi ini memungkinkan GRUB untuk mengakses file konfigurasi, /boot/grub/grub.conf, setiap kali proses booting dilakukan. Seperti yang dijelaskan di postingan sebelumnya bahwa hanya ext3 dan format filesystem terbaru yang hanya memiliki journal system. Meskipun begitu, Anda tidak perlu khawatir tentang penggunaan ext2 yang tanpa journal untuk /boot sistem Anda. karena, Anda tidak mungkin untuk memiliki operasi tertulis yang luar biasa terjadi di /boot filesystem selama komputer mati kecuali Anda upgrade kernel.
Referensi: Imam Mustaqim, unix.stackexchange.com
#BRUB #File System #Unix
Pengenalan GRUB
4/
5
Oleh
Unknown